Anda mulai tertarik berinvestasi di dunia saham? Tidak dapat dipungkiri, saham sampai saat ini memang masih menjadi pilihan instrumen investasi yang sangat menarik bagi masyarakat Indonesia. Potensi imbal hasil yang tinggi seringkali menjadi magnet utama. Namun, untuk masuk ke bidang ini, Anda benar-benar harus memahami saham mana yang benar-benar bisa memberikan keuntungan nyata untuk masa depan finansial Anda.
![]() |
| Ilustrasi saham gorengan (Gambar: Edward Ricardo) |
Banyak sekali jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Mulai dari saham perusahaan raksasa yang stabil hingga saham perusahaan kecil yang pergerakannya liar. Untuk itulah, mengenal jenis saham menjadi sangat penting. Salah satu pengetahuan paling krusial bagi seorang investor—terutama pemula—adalah mengenal lebih dekat saham gorengan dan karakteristiknya. Hal ini bertujuan agar nantinya Anda tidak terjebak, "nyangkut", dan menyesal saat berinvestasi atau melakukan trading di instrumen ini.
Mungkin Anda sering sekali mendengar istilah "saham gorengan”, baik di kalangan investor berpengalaman, grup telegram saham, maupun diskusi sesama pemula. Istilah ini sering berkonotasi negatif, namun tetap saja banyak yang tergiur. Untuk itu, mari kita bedah secara mendalam apa itu saham gorengan agar pengalaman investasi Anda tetap nyaman dan aman.
Apa Itu Saham Gorengan?
Sebenarnya, istilah “saham gorengan” ini bukanlah istilah resmi dalam kamus Bursa Efek Indonesia (BEI). Istilah ini merujuk pada saham-saham perusahaan—biasanya dengan kapitalisasi pasar kecil atau menengah—yang pergerakan harganya sangat fluktuatif dan cenderung tidak mencerminkan fundamental perusahaan yang sesungguhnya.
Baca juga: Bandarmology, Apa Itu? Menguak Misteri Penggerak Harga Saham di Pasar Modal Indonesia.
Alih-alih didorong oleh kinerja bisnis yang solid seperti pertumbuhan laba atau ekspansi usaha, lonjakan harga saham gorengan biasanya disebabkan oleh aksi spekulasi dan manipulasi pasar. Memahami lebih dalam mengenai saham gorengan dan karakteristiknya menjadi krusial bagi investor agar terhindar dari potensi kerugian besar.
Analogi "Gorengan" yang Renyah Namun Berisiko
Mengapa disebut "gorengan"? Istilah ini merupakan metafora yang sangat tepat menggambarkan pergerakan harga saham yang "digoreng" atau dinaikkan secara artifisial dalam waktu singkat oleh pihak-pihak tertentu (sering disebut Bandar).
Mengambil informasi yang disampaikan Lotus Sekuritas, saham gorengan ini ibarat jajanan gorengan di pinggir jalan. Rasanya gurih, renyah, dan bikin ketagihan. Harganya di pasar bisa melonjak berlipat ganda dalam waktu singkat, memberikan "rasa enak" berupa keuntungan instan (capital gain) bagi mereka yang masuk di saat tepat.
Tapi, jangan salah. Layaknya gorengan yang mengandung minyak berlebih, kalau keseringan dikonsumsi, ia tidak sehat untuk badan. Begitu pula saham gorengan; jika portofolio Anda isinya hanya saham jenis ini, kesehatan finansial Anda bisa terancam kolesterol jahat berupa kerugian masif.
Ciri-Ciri Fisik Saham Gorengan di Bursa
Tidak ada definisi formal dalam regulasi pasar modal mengenai saham gorengan, namun secara umum, para pelaku pasar dan sekuritas telah memetakan pola-pola tertentu. Berikut adalah ciri-ciri utama yang perlu Anda waspadai:
1. Saham Lapis Tiga (Third Liner)
Ciri yang paling umum adalah kapitalisasi pasar. Saham gorengan biasanya adalah saham lapis tiga. Saham ini memiliki kapitalisasi pasar (market cap) yang kecil, biasanya di bawah Rp 500 Miliar atau bahkan lebih kecil lagi.
Selain itu, harga saham per lembarnya juga rata-rata sangat murah, sering disebut sebagai saham gocap (Rp 50) atau kisaran Rp 100 perak per lembar.
- Mengapa ini berbahaya? Karena kapitalisasinya kecil, "Bandar" atau pemilik modal besar tidak butuh uang triliunan untuk menggerakkan harga. Dengan modal terbatas, mereka bisa menaikkan harga sesuka hati.
- Hukum Ekonomi: Sesuai hukum ekonomi, saat volume perdagangan terhadap suatu produk naik (karena diborong Bandar), maka harganya jadi naik. Ini menciptakan ilusi bahwa saham tersebut sedang laris manis.
2. Kenaikan Harga yang Tidak Beraturan dan Volatilitas Tinggi
Coba perhatikan saham blue chip seperti Gudang Garam (GGRM) atau BCA (BBCA). Semua saham itu punya volatilitas harga yang cukup stabil dan pergerakannya cenderung seirama dengan kinerja perusahaan atau kondisi ekonomi makro.
Bagaimana dengan saham gorengan?
- Harganya bisa bertengger di Rp 50 perak (harga terendah di pasar reguler) selama berbulan-bulan.
- Tiba-tiba, tanpa ada berita apapun, harganya melonjak jadi Rp 100, lalu Rp 150, hingga Rp 200-an dalam hitungan hari.
- Namun, keesokan harinya, saham ini bisa kembali terperosok lagi ke Rp 50 perak (Auto Rejection Bawah/ARB berjilid-jilid).
- Giliran sudah balik ke Rp 50 perak, tidak ada lagi yang mau beli. Investor ritel pun terjebak.
3. Volume Perdagangan yang Aneh
Karakteristik lain yang mudah dikenali adalah pola volumenya.
- Sepi mendadak Ramai: Dalam kesehariannya, saham tersebut terbilang sepi atau jarang diperdagangkan (grafik volume datar). Tiba-tiba, volumenya meledak tinggi seolah-olah sahamnya banyak diburu.
- Hilang Mendadak: Setelah harga mencapai puncak yang diinginkan Bandar, volume bisa tiba-tiba menghilang saat harga turun, membuat investor ritel tidak bisa menjual barangnya (bid kosong).
4. Saham Emiten Baru (IPO)
Saham gorengan rata-rata juga sering berasal dari saham emiten baru yang baru saja melantai di bursa (IPO). Mengapa? Karena belum ada history harga yang panjang dan harga masih dalam tahap pencarian (price discovery).
Harga saham ini umumnya memang naik terus menerus di hari-hari awal listing, bahkan ada yang mencapai ratusan persen (ARA berkali-kali). Namun, tidak jarang, setelah dua atau tiga hari pesta usai, harganya anjlok drastis. Itu sebabnya, berburu saham IPO harus penuh kehati-hatian dan disiplin tinggi.
Menggali Karakteristik Fundamental dan Teknis
Selain ciri fisik di atas, kita perlu mengenal lebih dekat saham gorengan dan karakteristiknya dari sisi data dan status di bursa. Tim Riset CNBC Indonesia dan berbagai analis pasar modal sering menyoroti poin-poin berikut:
1. Terindikasi Unusual Market Activity (UMA)
Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki sistem pengawasan yang canggih. Jika ada saham yang bergerak liar, BEI sering memberikan label UMA.
Apa itu UMA? UMA merupakan aktivitas perdagangan dan/atau pergerakan harga suatu efek yang tidak biasa pada suatu kurun waktu tertentu yang menurut penilaian bursa dapat berpotensi mengganggu terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien.
Jika saham yang Anda incar masuk daftar UMA (bisa dicek di situs IDX), itu adalah lampu kuning. Ada baiknya hindari saham tersebut karena risikonya sudah dianggap tinggi oleh regulator.
2. Fundamental Perusahaan yang Rapuh
Ini adalah inti dari istilah "gorengan". Kenaikan harga tidak didukung oleh fundamental.
- Kinerja Merugi: Seringkali ditemui saham yang harganya naik 100%, padahal laporan keuangannya menunjukkan perusahaan masih merugi bertahun-tahun.
- Tidak Ada Aksi Korporasi: Harga naik tanpa ada berita akuisisi, dividen, atau penemuan cadangan baru.
- Valuasi Tidak Masuk Akal: Rasio keuangannya sering kali overvalued. Misalnya, Price-to-Earnings Ratio (PER) yang mencapai ratusan kali atau negatif, serta Price-to-Book Value (PBV) yang jauh di atas rata-rata industri tanpa alasan jelas.
3. Struktur Kepemilikan yang Terkonsentrasi
Pada saham gorengan, kepemilikan saham publik mungkin terlihat kecil atau dikendalikan oleh beberapa pihak terafiliasi. Hal ini memudahkan pihak-pihak tersebut untuk mengendalikan pasokan (supply) dan permintaan (demand), sehingga mempengaruhi harganya secara signifikan tanpa perlawanan dari pasar yang lebih luas.
4. Didorong oleh Rumor dan "Pom-Pom"
Pergerakan harga saham gorengan sering kali dipengaruhi oleh rumor, berita tidak terkonfirmasi, atau rekomendasi dari influencer saham yang tidak bertanggung jawab (aksi "pom-pom"). Mereka menyebarkan optimisme palsu agar investor ritel mau membeli saham tersebut di harga tinggi, sementara mereka sendiri sedang bersiap untuk jualan (distribusi).
Mekanisme Manipulasi: Pump and Dump
Untuk semakin mengenal lebih dekat saham gorengan dan karakteristiknya, Anda harus paham skema klasik yang sering digunakan, yaitu Pump and Dump.
- Akumulasi (Sunyi Senyap): Bandar membeli saham secara perlahan di harga bawah agar tidak memancing kenaikan harga yang mencolok. Volume masih terlihat wajar.
- Pump (Goreng Harga): Bandar mulai membeli secara masif atau memindahkan saham antar akun mereka sendiri (transaksi semu) untuk menaikkan harga dan volume. Di tahap ini, rumor positif disebar.
- Partisipasi Ritel (FOMO): Investor ritel melihat saham naik tinggi dan masuk daftar Top Gainers. Karena takut ketinggalan (Fear of Missing Out), ritel ikut membeli, mendorong harga naik lebih tinggi lagi.
- Dump (Banting Harga): Saat harga sudah tinggi dan banyak ritel yang antri beli, Bandar membuang semua barang mereka secara masif. Harga anjlok drastis.
- Sisa Kehancuran: Harga kembali ke dasar, investor ritel terjebak di harga atas dengan kerugian besar.
Risiko Nyata Berinvestasi pada Saham Gorengan
Berinvestasi pada saham gorengan mengandung risiko yang sangat tinggi dan seringkali tidak sebanding dengan potensi keuntungannya, terutama bagi investor pemula. Berikut adalah risiko utamanya:
1. Kerugian Finansial Signifikan (Boncos)
Ketika harga saham gorengan anjlok, penurunannya tidak main-main. Anda bisa kehilangan 50% hingga 70% modal dalam waktu singkat. Jika Anda membeli menggunakan uang panas (uang kebutuhan sehari-hari), dampaknya bisa fatal.
2. Likuiditas yang Menghilang (Nyangkut)
Saat sentimen berbalik arah, antrian jual menumpuk sementara tidak ada satupun yang mau membeli (Bid kosong). Anda memegang saham tersebut, tapi tidak bisa diuangkan. Anda "nyangkut" sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
3. Suspensi dan Delisting
Jika pergerakan saham terlalu liar, Bursa bisa melakukan suspensi (penghentian sementara perdagangan) pada saham tersebut. Jika suspensi berlangsung lama dan fundamental perusahaan memburuk, saham tersebut berisiko di-delisting (didepak) dari bursa, membuat saham Anda tidak bernilai lagi.
4. Psikologi Terganggu
Kecanduan volatilitas saham gorengan bisa merusak psikologi trading. Anda menjadi tidak sabar dengan saham blue chip yang naiknya pelan, dan terus mengejar adrenalin di saham gorengan, yang akhirnya berujung pada kehabisan modal.
Cara Cerdas Menghindari Jebakan Saham Gorengan
Setelah mengenal lebih dekat saham gorengan dan karakteristiknya, langkah selanjutnya adalah membentengi diri. Berikut strategi agar Anda selamat di pasar modal:
1. Lakukan Analisis Fundamental Mendalam
Jangan beli saham seperti membeli kucing dalam karung. Cek laporan keuangannya. Apakah labanya tumbuh? Apakah utangnya wajar? Jika perusahaannya rugi terus tapi harganya naik, tinggalkan.
2. Perhatikan Kapitalisasi Pasar
Untuk pemula, lebih aman bermain di area Big Caps (Kapitalisasi Besar) atau Second Liner yang likuid (LQ45 atau IDX30). Saham-saham ini terlalu besar untuk dimanipulasi oleh satu pihak saja.
3. Waspadai Grafik "Jarum Suntik"
Lihat grafik historisnya. Jika sering terbentuk pola seperti jarum (naik tinggi lalu turun drastis dalam satu hari) atau pola "gerigi gergaji" yang tidak wajar, itu indikasi kuat saham gorengan.
4. Jangan Mudah Percaya Rumor
Saring informasi yang Anda terima. Jika ada ajakan "Ayo beli saham ABCD, besok ke bulan!" di grup Telegram atau media sosial tanpa analisis data yang jelas, abaikan. Andalkan informasi dari sekuritas terpercaya atau berita ekonomi yang kredibel.
5. Cek Profil Risiko dan Diversifikasi
Jangan menaruh seluruh telur dalam satu keranjang. Kalaupun Anda ingin berspekulasi di saham gorengan (untuk belajar), gunakan dana kecil yang Anda rela jika hilang (maksimal 5-10% modal). Sisanya, investasikan di saham fundamental bagus.
Penutup
Saham gorengan memang menawarkan potensi keuntungan yang menggiurkan dalam waktu singkat, ibarat gorengan hangat yang menggugah selera. Namun, di baliknya tersembunyi risiko kerugian yang sangat besar yang bisa membahayakan kesehatan finansial Anda. Pergerakan harga saham ini lebih didorong oleh spekulasi liar dan manipulasi pasar daripada fundamental perusahaan yang solid.
Sebagai investor cerdas, mengenal lebih dekat saham gorengan dan karakteristiknya adalah langkah awal untuk bertahan hidup di pasar modal. Jangan biarkan keserakahan (greed) mengalahkan logika. Dengan melakukan analisis fundamental yang mendalam, disiplin melihat data, dan berinvestasi secara bijak, Anda dapat membangun portofolio yang sehat, tidur dengan nyenyak, dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang Anda.
Ingat, di pasar saham, menjaga modal agar tidak hilang lebih penting daripada mengejar keuntungan sesaat. Selamat berinvestasi dengan bijak!

0 Komentar